International
Association for the Study of Pain, IASP (2011) mendefinisikan nyeri sebagai
suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.
Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan durasinya, nyeri dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya
berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan
atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri
ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa
yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan
tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan
biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat
dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam
bulan.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab
atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan
dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak
memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski
nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak
berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan
sendirinya.
Sedangkan berdasarkan asalnya, nyeri dibagi menjadi:
1. Nyeri nosiseptif
Yaitu nyeri yang
berasal dari organ perifer misalnya: kulit,
tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dll yang bersifat nyeri akut dan letaknya lebih
terlokalisasi. Nyeri ini juga bisa berasal dari organ visceral yang lebih dalam
dan lebih sulit dilokalisasi letaknya. Dalam hal ini nyeri akibat appendicitis
termasuk nyeri nosiseptif
2.
Nyeri Neuropatik
Yaitu nyeri yang
berasal dari syaraf itu sendiri. Nyeri biasanya bertahan lebih lama dan
merupakan proses input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer atau
CNS, nyeri ini
biasanya lebih sulit diobati. Mekanismenya bisa karena dinamika alami pada
sistem saraf. Pasien mungkin akan mengalami : rasa terbakar, tingling, shock
like, shooting, hyperalgesia atau allodynia.
Mekanisme Nyeri
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan
jaringan. Nyeri akan membantu individu untuk tetap hidup dan melakukan kegiatan
secara fungsional. Pada kasus-kasus gangguan sensasi nyeri (misalnya: neuropati
akibat diabetes) maka dapat terjadi kerusakan jaringan yang hebat.
Nyeri pada umumnya
dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu: nyeri adaptif dan nyeri maladaptif.
Nyeri adaptif berperan serta dalam proses bertahan hidup dengan melindungi
organisme dari cedera berkepanjangan dan membantu proses pemulihan. Sebaliknya,
nyeri maladaptif merupakan bentuk patologis dari sistem saraf.
Pengalaman sensoris pada
nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksious yang diperantarai oleh sistem sensorik
nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui spinalis, batang
otak, talamus, dan korteks cerebri. Pencegahan terhadap terjadinya kerusakan
jaringan mengharuskan setiap individu untuk belajar mengenali stimulus-stimulus
tertentu yang berbahaya dan harus dihindari.
Apabila telah terjadi kerusakan
jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya, dari fungsi protektif
menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.
Nyeri
inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat perbaikan kerusakan
jaringan. Sensitivitas akan meningkat, sehingga stimulus nonnoksious atau
noksious ringan yang mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan nyeri. Sebagai
akibatnya, individu akan mencegah adanya kontak atau gerakan pada bagian yang cidera
tersebut sampai perbaikan jaringan selesai. Hal ini akan
meminimalisasi kerusakan
jaringan lebih lanjut. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan
menghilangkan respon inflamasi.
Nyeri
inflamasi merupakan bentuk nyeri yang adaptif namun demikian pada kasus-kasus
cedera elektif (misalnya: pembedahan), cedera karena trauma, atau
rheumatoid arthritis penatalaksanaan
yang aktif harus dilakukan. Respon inflamasi
berlebihan atau
kerusakan jaringan yang hebat tidak boleh dibiarkan. Tujuan terapi adalah
menormalkan sensitivitas nyeri.
Nyeri
maladaptif tidak berhubungan dengan adanya stimulus noksious atau penyembuhan
jaringan. Nyeri maladaptif dapat terjadi sebagai respon kerusakan sistem saraf (nyeri
neuropatik) atau sebagai akibat fungsi abnormal sistem saraf (nyeri
fungsional).
Berbagai
mekanisme yang mendasari munculnya nyeri telah ditemukan, mekanisme tersebut
adalah: nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral,
eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Pada
kasus nyeri nosiseptif terdapat proses transduksi, transmisi, dan persepsi.
Transduksi merupakan konversi stimulus noksious termal, mekanik, atau kimia
menjadi aktivitas listrik pada akhiran serabut sensorik nosiseptif. Proses ini
diperantarai oleh reseptor ion channel yang spesifik. Konduksi merupakan
perjalanan aksi potensial dari akhiran saraf perifer ke sepanjang akson menuju
akhiran nosiseptor di sistem saraf pusat. Transmisi merupakan bentuk transfer sinaptik
dari satu neuron ke neuron lainnya.
Kerusakan jaringan
akan memacu pelepasan zat-zat kimiawi (mediator inflamasi) yang menimbulkan
reaksi inflamasi yang diteruskan sebagai sinyal ke otak. Sinyal nyeri dalam
bentuk impuls listrik akan dihantarkan oleh serabut saraf nosiseptor tidak
bermielin (serabut C dan δ) yang bersinaps dengan neuron di kornu dorsalis
medulla spinalis. Sinyal kemudian diteruskan melalui traktus spinotalamikus di otak, dimana nyeri
dipersepsi, dilokalisir, dan diintepretasikan. (Brookoff, 2000)
0 Response to "Kenapa bisa terjadi Nyeri pada tubuh?"
Post a Comment